oleh

Arya Leka Putra Raja Majapahit Yang Menurunkan Raja Raja Sumenep

LOKABALI.COM- Dusun Tal Pitu di lereng gunung lawu terdapat sebuah makam kuna yang sampai saat ini masih terus di keramatkan oleh warga desa. Makam tersebut di yakini penduduk desa merupakan makam putra Raja Brawijaya V bernama Arya Leka atau yang di kenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Ki Ageng Harya Kusuma.

Ki Ageng Harya Kusuma juga di kenal dengan julukan Ki Ageng Jamboleka yang berasal dari kata jabal yang artinya bukit dan Leka nama dari bukit tersebut. Makam Ki Ageng Harya Kusuma ramai di kunjungi para peziarah dan pelaku ritual tiap pasaran malam Jumat Pon dan malam Jumat Kliwon.

‘ Jika pada bulan sura, setiap hari banyak warga desa tirakat di makam Eyang Harya Kusuma’ Ujar mbah Narto, juru kunci makam Ki Ageng Harya Kusuma.

Tradisi tirakat yang di lakukan oleh penduduk desa tiap bulan sura kata mbah Narto, tak lepas dari ketokohanya yang sampai saat ini masih terus dihormati sebagai punden desa. Ki Ageng Haryo Kusuma di kenal tidak hanya sebagai putra raja Majapahit yang pernah babad alas membangun desa, tetapi pada saat perang kemerdekaan, makam keramat tersebut di ceritakan juga melindungi penduduk desa dan para pejuang dari gempuran tentara Belanda.

‘ Komplek makam menjadi tempat persembunyian para pejuang. Tentara Belanda yang mencari para pejuang tidak dapat menemukan mereka, meski sudah mengaduk aduk lokasi di sekitar makam. Bahkan pada saat makam akan di bumi hanguskan, peluru mortir yang di tembakan ke arah makam Ki Ageng Harya Kusuma tidak dapat meledak. Di yakini kejadian tersebut karena kesaktian Ki Ageng Haryo Kusuma yang melindungi penduduk desa. Meski ia sudah meninggal sekalipun ‘ Ujar mbah Narto menceritakan sebuah peristiwa yang pernah terjadi di desanya.

Oleh karena itu sebagai ungkapan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, setiap awal bulan sura, dusun Ngledok, Ngablak dan Talpitu menggelar tradisi bersih desa dengan nama Tradisi Jamboleka.

Keterangan gambar : Penduduk desa menggelar tradisi jamboleka atau sedekah bumi di makam Ki Ageng Harya Kusuma / Foto: istimewa

‘ Mulai awal malam sura sampai dua hari berikutnya penduduk desa dari tiga dusun menggelar tradisi jamboleka. Menyembelih kambing membawa nasi wuduk, kemudian di doakan dan di makan bersama sama di makam ‘ Terang Sunarto menceritakan tradisi adat yang sudah di lakukan secara turun temurun di desanya.

Di kutip dari berbagai sumber literasi babad, semasa kecil Arya Leka bernama Raden Jaka Pekik. Ia merupakan putra garwa selir Prabu Brawijaya V yang bernama Rara Sapudi. Rara Sapudi adalah putri penguasa Pulau Sapudi di dekat pulau Madura. Belum di ketahui siapa nama asli Rara Sapudi sebenarnya.

Sebagai seorang putra Raja Majapahit, Aryo Leka semasa muda memiliki wajah sangat tampan sekali, mirip dengan wajah ayahnya. Setelah dewasa Arya Leka di angkat menjadi menantu oleh Adipati Jaran Panole I dari Madura. Setelah Adipati Jaran Panolih I wafat, Arya Leka kemudian dinobatkan menjadi Bupati Sumenep Madura dengan gelar Adipati Jaran Panolih Sumenep, sekaligus diangkat oleh Prabu Brawijaya V sebagai pimpinan atau senopati perang armada laut Kerajaan Majapahit

Arya Leka di kenal merupakan tokoh yang menurunkan raja raja Sumenep.

Menurut Sunarto, keberadaanya sampai di Gunung Lawu tak lepas dari konflik  Majapahit dan Demak kala itu, yang membuat Arya Leka akhirnya mengikuti jejak orang tuanya sampai ke Gunung Lawu.

Selain makam Ki Ageng Harya Kusuma di makam tersebut juga terdapat makam istrinya, Retno Kuning. Makam Pangeran Aryo Tejo, Kebo Kanigoro, Eyang Pangeran Joko Lelono dan Eyang Pangeran Putih. Ke empatnya merupakan pindahan dari makam yang sebelumnya tidak ada di Jabal Leka.

Di dalam komplek makam Ki Ageng Harya Kusuma terdapat banyak pohon tua berumur ratusan tahun diantaranya, pohon Siwalan, Aren, Kemuning, Keningar dan Sonokeling. Terdapat satu pantangan yang tidak boleh dilanggar pada saat menggelar tradisi bersih desa di makam Ki Ageng Harya Kusuma, sesaji yang di bawa oleh penduduk desa pada saat di masak tidak boleh di cicipi.

Selain itu semua bahan bakunya juga harus baru. Jika pantangan ini di langgar di yakini akan mendatangkan celaka. Sebab ada sebuah kejadian yang pernah menimpa salah satu warga desa. Di karenakan mengambil daging kambing yang rencananya akan di masak untuk tradisi jamboleka, orang tersebut akhirnya menderita sakit di bagian alat vitalnya.

Mengetahui peristiwa yang menimpa salah satu warga desa akibat keteledoranya, sesepuh desa kemudian memintakan maaf ke makam Ki Ageng Harya Kusuma, Setelah dimintakan maaf berangsur angsur orang tersebut sembuh kembali ‘ Kenang mbah Narto menceritakan peristiwa yang pernah terjadi di desanya./Jud

Follow Lokabali.com di Google News



Komentar

Berita Lain