LOKABALI.COM- Putra Putri Trah Mataram (PPTM) Catur Sagotrah, Sabtu malam (19/4) menyelenggarakan acara halal bi halal dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445H, bertempat di wedangan Njeron Beteng, Baluwarti, Solo.
‘Halal bi Halal di hadiri para Putra Putri Trah Mataram, khususnya dari Jogjakarta dan Surakarta’ Kata Drs. R. Surojo, selaku sesepuh PPTM sekaligus panitia pelaksana acara halal bi halal.
Di tambahkan Surojo, kegiatan tersebut rutin di selenggarakan setiap tahun. Meski di gelar secara sederhana, namun tidak mengurangi esensi dan makna halal bi halal yang ada yakni, mempererat tali silaturahmi keluarga besar trah Mataram Islam di tanah Jawa.
Selain itu, halal bi halal juga sebagai ajang melepas rindu dan membangun gagasan guna memperkuat upaya pelestarian budaya Jawa di Nusantara.
‘ Baik yang benda maupun yang tak berbenda.” Imbuhnya.
Yang Istimewa dari acara Halal Bi Halal malam PPTM, tampak hadir juga bakal calon wakil Walikota Solo, Dr. BRM. Kusuma Putra, S.H,.M.H dari trah HB III, yang ikut dalam penjaringan lewat DPC PDIP Kota Surakarta.
Kepesertaan salah seorang trah Mataram di bursa Pilkada Solo, tentu memiliki kebanggaan tersendiri di kalangan Putra Putri Trah Mataram.
Oleh karena itu pada acara halal bi halal, Kusuma Putra secara langsung meminta doa restu dari para sesepuh, sekaligus leluhur Putra Putri Trah Mataram agar cita cita mulia yang dia harapkan dapat tercapai dan berjalan dengan lancar.
‘ Sebagai bagian dari keluarga Mataram, secara khusus saya meminta restu kepada para leluhur dan doa dari para sesepuh. Semoga Tuhan mengabulkan hajad dan cita cita saya bisa membangun kota Solo yang kita cintai bersama’ Ujarnya menegaskan.
Kusuma mengatakan, misi yang dia emban tidak hanya ingin memberantas kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat Kota Solo, akan tetapi juga mengembalikan Solo sebagai kota budaya yang berkiblat pada akar kearifan budaya Jawa.
Oleh karena itu upaya pelestarian budaya yang ada di Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran tentu harus di kuatkan. Sebab membangun wajah kota Solo di masa depan tanpa melibatkan dua pusat kebudayaan Jawa tersebut, mustahil kita dapat menegaskan Solo sebagai Kota Budaya dengan ragam adiluhung budayanya..
Sebab di akui atau tidak, Solo pernah menjadi ibukota Mataram Islam. Makmur gemah ripah loh jinawi di masa kejayaan Sinuhun PB X. Sehingga jejak para leluhur Mataram tersebut tentu harus kita gali dan tiru sebagai bahan referensi kebijakan untuk membangun Kota Solo di era modern seperti sekarang ini.
Setiap daerah memiliki culture yang berbeda beda. Culture tersebut harus dipahami seorang pemimpin saat akan membangun sebuah wilayah.
Di karenakan karakter dan jati diri masyarakat dalam sebuah wilayah tak lepas dari jejak peradaban budaya para leluhur yang ada di dalamnya.
Sehingga untuk membangun sebuah daerah, kebijakan pembangunan yang ada sangat memiliki korelasi dengan culture budaya kearifan yang ada di tengah masyarakat.
Agar kebijakan seorang pemimpin selalu berpihak untuk rakyat, tukasnya. / Dj
‘
Komentar