LOKABALI.COM- Untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui akulturasi budaya yang ada di Kota Surakarta, Pura Mangkunegaran bersama masyarakat keturunan tionghoa di Kota Solo, menggelar serangkaian acara bertepatan dengan tingalan jumenengan dalem KGPAA Mangkunegara X dan perayaan Imlek Cap Go Meh.
Salah satu kegiatan tersebut adalah menggelar Royal Golden Dinner bertempat di pendhapa Pura Mangkunegaran.
Agar menjadi pengingat bahwa
Mangkunegaran dalam perkembangannya memperoleh banyak dukungan dari berbagai elemen masyarakat, salah satunya warga keturunan Tionghoa.
Royal Golden Dinner yang masuk dalam event Festival Kuliner Mangkunegaran makan makan, merupakan event yang mengangkat ekonomi bisnis usaha kecil menengah yang ada di Kota Solo, sekaligus memberdayakan para abdi dalem Pura Mangkunegaran untuk berwirausaha , jelas KGPAA Mangkunegara X dalam keteranganya.
Selain royal golden dinner dan gelar budaya Jawa Tionghoa, warga keturunan Tionghoa juga melakukan acara bersih bersih di Pura Mangkunegaran.
Sebagai rumah bagi budaya Nusantara, Mangkunegaran membuka pintu selebar lebarnya untuk semua insan dari berbagai ragam kultur yang ada di Indonesia.
Mangkunegaran juga berperan aktif membangun ruang bagi perkembangan budaya Nusantara. Dalam hal ini turut merangkul elemen masyarakat guna menciptakan sebuah langkah kecil untuk perubahan yang lebih besar.
Melalui tema Hanebu Sauyun, kalamun ta keleban banyu tan ana kang pinilih. Yang artinya tidak ada pilihan lain selain menjadikan Mangkunegaran sebagai rumah budaya Nusantara untuk masa depan Projo Mangkunegaran itu sendiri, dalam peranya turut serta membangun bangsa dan negara.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, hubungan baik antara Mangkunegaran dan masyarkat Tionghoa telah terjalin sejak kepemimpinan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I, yang bersahabat baik dengan komandan Tionghoa terkemuka pada tahun 1740-1743.
Berlanjut pada masa pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IV, puncak kerjasama di jalin dengan Be Bin Cian, seorang mayor Tionghoa di Semarang dalam proses pembangunan Pabrik Gula Colomadu pada tahun 1861.
Di era K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII, hubungan antara Mangkunegaran dengan masyarakat Tionghoa semakin erat melalui kolaborasi bersama pengusaha batik Lie Wat Djien, yang menghasilkan berdirinya Wayang Orang Sono Harsono di kota Surakarta.
Sebagai kelanjutan dari kerjasama sebelumnya, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X, memperkokoh hubungan dengan masyarakat Tionghoa, menyelenggarakan serangkaian dalam rangka tingalan jumenengan dalem dan Imlek, Cap Go Meh. / Jk
Komentar