LOKABALI.COM – Tanpa disadari sejak dulu masyarakat Bali sudah menerapkan food therapy. Terapi makanan sendiri merupakan unsur pengobatan yang didapat dari bumbu-bumbu yang diracik.
Rektor Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa menyampaikan dalam seminar nasional bertema ‘Food Therapy dengan Pangan Lokal Berbasis Kesehatan Tradisonal’, di Aula Lantai III Rektorat Unhi, Denpasar, Senin (3/3/2019).
“Bumbu-bumbu yang dicampur dengan bahan makan ini sudah mengandung obat, baik itu antibiotik maupun antiseptik,” jelas Made Damriyasa.
Dalam praktik keseharian, dijelaskan Damriyasa, bumbu yang diracik dalam pembuatan lawar akan membunuh mikroba yang ada pada darah mentah dalam adonan lawar itu sendiri.
“Jika darah mentah itu dilihat secara kedokteran, pasti berkembang bakterinya. Tapi kalau dalam lawar kan tidak ada itu, dan Ini sudah terbukti bahwa masyarakat Bali mengkomsumi lawar tidak terkena penyakit,” ujarnya demikian.
Dalam memasak masakan tradisonal Tum Bungkil yang merupakan kuliner daging yang dicampur akar pisang pun, dikatakan Damriyasa juga menggunakan bumbu food therapy.
“Leluhur masyarakat Bali sudah terlebih dahulu telah melakukan pengobatan dengan pangan lokal. Namun, mereka tidak menyadarinya dan namanya bukan food therapy,” tambahnya.
Dalam pengobatan modern sendiri, menurut rektor asal Karangasem ini, sering menggunakan tanaman-tanaman yang memiliki zat herbal. Zat aktif tanaman inilah yang dirubah ke dalam bentuk sentetis. Karena di negara-negara barat tidak memiliki tanaman.
“Jadi obat tradisional itu jauh sangat aman dan tanpa efek samping, karena tidak memakai bahan pengawet,” ujarnya demikian.
Seminar Nasional Food Therapy tersebut, menghadirkan tiga narasumber, yakni Presiden Institute Akupuntur New Zeland dr. Sony Ambudi, Ketua Sertifikasi Shinse dr. Willie Japaries, dan juga Guru Besar Mikrobiologi Ayurweda Unhi Prof. Ir. Wayan Redy Aryanta.
dr. Sony Ambudi membawakan makalah Superfood untuk Kanker. Menurutnya, ada superfood yang bisa mengobati kanker. Tetapi yang tidak ada adalah superfood yang bisa mengobati segala penyakit.
“Yang merupakan terapi makanan tidak usah mencari yang mahal atau sulit. Ternyata ada yang sederhana dan gampang dicari, yakni gado-gado dan wedang jahe sebagai makanan obat yang ampuh,” ujarnya seraya mengatakan, sehat sendiri ternyata sangat sederhana, yakni enak makan, enak tidur, dan enak perasaan.
“Dalam kedokteran Tiongkok, tiga inilah yang dicari,” ujarnya demikian.
Sementara, dr. Willie membawakan makalah Introduksi Kitab Ilmu Penyakit Dalam Kaisar Kuning, yang merupakan kitab ilmu kesehatan tradisional tertua di dunia.
Dalam kitab tersebut menurut Willie, dijelaskan bahwa luka dalam sebenarnya perasaan emosional yang menyebabkan timbulnya penyakit. Begitu juga kalau terlalu senang.
“Diagnosa tradisonal sendiri tidak perlu alat, cukup dengan mengandalkan panca indra saja,” jelas Willie. (*)
Komentar