LOKABALI.COM – Sejak pagi warga sudah memadati kawasan Catus Pata Catur Muka, Denpasar. Di titik nol kota Denpasar itu, prosesi pemberangkatan jenasah akan dimulai dan diarak menuju tempat kremasi di setra Badung.
Pasangan wisatawan asing asal Madrid, Spanyol, Rodrigo dan Maria mengungkapkan kekagumannya karena memiliki kesempatan untuk menyaksikan tradisi langka tersebut.
Rodrigo mengungkapkan, tradisi pembakaran jenasah seorang raja di Bali berbeda dengan kremasi pada umumnya yang pernah ia saksikan.
“So thanks for Bali, Its really amazing. This is first time to see this cremation in Bali. It is so beautiful and special (Terima kasih untuk Bali, ini sungguh luar biasa, ini sangat indah dan istimewa buat kami),” kata Rodrigo.
Sementara, Maria sang istri mengaku, di negaranya, Spanyol, juga memiliki banyak tradisi. Namun, tradisi dan budaya di Bali berbeda dengan yang lain.
“This is very strange for us. Because in Spain we have another culture so it is really amazing (Ini sesuatu yang baru buat kami, di negara kami banyak budaya dan tradisi, tapi di sini sungguh berbeda),” kata Maria.
Manggala Karya atau Ketua Panitia Karya Pelebon dr. Anak Agung Ngurah Gde Dharmayuda, M.Kes. menjelaskan, sampai pada H-1 seluruh sarana yang disebut uparengga.
Perangkat Uparengga terdiri dari Bade yang merupakan menara jenasah setinggi 22 meter bertumpang sebelas, patung Lembu Putih dan Tratak atau tangga untuk menaikkan jenasah ke atas Bade.
“Uparengga merupakan persembahan terakhir untuk menghantarkan layon beliau ke tempat kremasi atau setra yang berlokasi di setra Badung,” kata Ngurah Gde Dharmayuda.
Uparengga akan dipelaspas Rabu, 21Juni 2023 pukul 08.00 WITA. Upacara pelepasan bertujuan untuk melakukan penyucian supaya dapat digunakan semestinya.
“Kita mohon restu kepada seluruh penguasa alam agar memberikan berkat prosesi upacara pelebon,” jelasnya. (LBc20)
Komentar