KORANJURI.COM-Puncak perayaan tradisi hajad dalem Sekaten yang di gelar pada bulan Mulud dalam penanggalan jawa 1958/2024, di tandai dengan keluarnya sepasang gunungan, kakung dan putri dari dalam Keraton Kasunanan Surakarta, sebagai tanda berakhirnya perayaan sekaten di Masjid Agung, Solo.
Sekaten merupakan tradisi hajad dalem yang berlangsung selama sepekan di masjid agung Solo, sebagai cara untuk mensiarkan Islam yang di awali pada masa pemerintahan Sultan Syah Alam Akbar di Demak Bintoro.
Perayaan sekaten di tandai dengan keluarnya dua buah gamelan pusaka, Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari yang di tabuh selama sepekan di bangsal Masjid Agung Surakarta.
Setelah sepekan di tabuh oleh para niyaga abdi dalem Keraton Surakarta, dua buah gamelan tersebut kemudian di kembalikan lagi ke Keraton Surakarta, di ganti dengan keluarnya sepasang gunungan sebagai tanda berakhirnya perayaan Sekaten.
Saat dua buah gamelan pusaka tersebut di tabuh, masyarakat akan berbondong bondong mendengarkan dan melihat langsung lantunan gending pusaka Kyai Guntur Madu dan Guntur Sari.
Menurut kepercayaan masyarakat jawa, mereka yang datang melihat dan mendengarkan suara gamelan tidak hanya sekedar datang untuk menonton, tetapi juga ngalap berkah hajad.
Selain mendengarkan lantunan gending gending sakral sekaten, masyarakat juga dapat menikmati makanan tradisional khas jawa seperti nasi liwet, cabuk rambak, wedang ronde, jenang dodol dan lainya.
Selain berbagai makanan tradisional tersebut, juga ada kinang dan telur asin yang memiliki lima dzat rasa sebagai simbol rukun islam.
Sepasang gunungan yang keluar dari dalam Keraton Kasunanan Surakarta di arak menuju Masjid Agung Surakarta. Sesampainya di masjid Agung Surakarta selanjutnya di doakan dan di bagikan kepada masyarakat dengan cara diperebutkan.
Masyarakat berharap, apa yang di peroleh dari hasil rebutan gunungan juga akan memperoleh berkah kemakmuran.
Dalam perayaan sekaten tahun 2024 ini, Sinuhun PB XIII tidak hanya mengeluarkan sepasang gunungan, namun juga membagikan udik udik atau menyebarkan uang untuk masyarakat, sebagai simbol dan harapan kemakmuran keraton Solo beserta para kawulanya.
Komentar