LOKABALI.COM – Sosok Ida Bagus Alit lebih dikenal di daratan Eropa dan Asia. Ia berpameran dengan mengusung aliran modern kontemporer. Warna tropis jadi ciri khas dalam setiap karya lukisannya. Tak mengherankan, penikmat seni banyak dibawa ke dunia fantasi tanpa batas.
Perupa asal Griya Satrya, Denpasar ini mengatakan, tekstur yang menjadi dasar lukisan, menjadi salah satu ciri khasnya. Termasuk obyek-obyek wajah yang tak terhitung jumlahnya. Semua mendapatkan sapuan kuas dari warna-warna cerah memikat.
Gaya melukis modern kontemporer merupakan aliran seni yang terpengaruh perkembangan teknologi. Dari sejumlah koleksi karya IB Alit, terlihat ia menampilkan sisi digitalisasi yang terasa menyatu dengan obyek goresan tangannya.
“Saya juga hobi fotografer, teknik di fotografi saya gabungkan dengan lukisan dan ada beberapa karya saya seperti itu. Saya mengambil model fotografi dari figur yang mendunia yang punya kiprah di masyarakat,” kata IB Alit, Selasa, 16 Maret 2021.
Sebagai perupa, IB Alit bahkan tidak pernah memberikan judul lukisannya. Obyek di atas kanvas lebih banyak berkisah ketimbang judulnya sendiri. Ia mengatakan, pernah menggunakan 24 warna yang ada dalam satu set cat. Terkadang pula, ia menggunakan warna yang sangat minim, hanya 2 warna. Namun, karakter tekstur dan tetap jadi ciri khas utama lukisannya.
Di daratan Eropa, lukisan ‘ngejreng’ itu justru diminati. Menurut IB Alit, tropical colours yang dibawa dalam karyanya, sekaligus memperkenalkan khazanah nusantara ke kancah internasional. Kesukaan penikmat seni rupa di Eropa menurutnya, dipengaruhi oleh musim dingin yang hanya dominan satu warna, putih, salju.
“Ketika winter, mereka hanya melihat satu warna saja, putih. Karya saya memberikan pilihan lain bagi masyarakat Eropa di musim dingin. Selain itu, warna juga memberikan efek terapi,” kata IB Alit.
Sampai saat ini, tak terhitung jumlah karya yang dihasilkan, baik yang terpasang di galerinya di jalan Veteran Gang V Nomor 59 Denpasar, maupun yang telah dikoleksi oleh publik. Setiap pameran di mancanegara, ia tak pernah membawa lukisan, tapi melukis langsung di depan publik.
Ribuan sertifikat dan penghargaan pun mengisi katalog di ruang perpustakaan miliknya. Setidaknya, sertifikat penghargaan itu disampul hingga jadi 5 buku.
Selain merupa, IB Alit juga melakukan pekerjaan seni mematung. Karena justru, ‘matung’ adalah pekerjaan yang diwariskan oleh sang ayah kepada dirinya. Maka tak mengherankan, jika sejumlah karyanya yang terinsipirasi daru karya-karya patungnya. (Ros)
Komentar