oleh

Ngisis Ringgit, Tradisi Pelestarian Wayang Sebagai Sarana Piwulang Luhur

LOKABALI.COM-Wuku wayang merupakan satu dari 30 wuku dalam petung penanggalan jawa yang sampai saat ini masih di pakai sebagai penentuan waktu kegiatan ritual adat, khususnya di kalangan masyarakat jawa.

Penggunaan wuku dalam petung penanggalan jawa, tak lepas dari kearifan masyarakat jawa yang masih menjaga nilai nilai luhur kelestarian dan keselarasan alam semesta.

Keterangan gambar : Ngisis ringgit / Foto : Lokabali

Satu wuku dalam sepekan memiliki makna dan maksud tertentu, baik untuk membaca keadaan alam semesta, maupun memanfaatkan wuku tersebut sebagai hari pelaksanaan ritual adat.

Seperti halnya ritual tradisi Ngisis Wayang atau Ngisis Ringgit yang di selenggarakan oleh Paguyuban Pelestari Budaya Jawa, Darma Budaya Lestari bersama para pegiat budaya di Pura Sedaleman, Munggur, Mojogedang.

Baca juga :

Kemantren Langenpraja mangkunegaran Mengakhiri Roadshownya di Thailland

‘Tradisi ngisis wayang atau ngisis ringgit, di lakukan bertepatan pada wuku wayang dalam penanggalan jawa.’ jelas Mbah Murdiarso, pegiat budaya sekaligus sesepuh Paguyuban Pelestari Budaya Jawa.

Ritual Ini tidak hanya untuk merawat wayang, tetapi juga melestarikanya. Makna dari tradisi tersebut sebenarnya kita di ajak menghormati hasil karya adiluhung para leluhur.

Sebab dalam karya cipta budaya tersebut, ringgit tidak hanya di pakai untuk pegelaran berkesenian saja, melainkan juga memberikan ajaran luhur kepada kita semua melalui cerita di dalamnya.

Wayang juga menjadi simbol kehidupan alam semesta, yang mengajarkan kepada masyarakat jawa tentang pengajaran watak watak manusia.

Oleh sebab itu tradisi ngisis ringgit sampai saat ini tidak hanya di lestarikan oleh masyarakat, tetapi keraton sebagai pemangku adat dan budaya juga melakukan hal sama, setiap waktu  bertepatan dengan wuku wuku tertentu dalam penanggalan jawa.

Sementara itu dalam kepercayaan budaya spiritual jawa, tradisi ngisis ringgit juga sebagai wujud penghormatan mereka kepada Sang Hyang Ringgit.

Oleh karena itu dalam setiap satu perangkat wayang, biasanya ada satu tokoh wayang yang di sakralkan. Seperti tokoh Semar, Puntadewa, Janaka, Sang Hyang Guru atau tokoh wayang lainya.

Pada prosesi ngisis ringgit seperangkat wayang di keluarkan dari dalam kotak, selanjutnya di ambil satu persatu kemudian di bersihkan dengan sikat berbulu lembut. Agar sunggingan wayang tidak rusak.

Untuk menghilangkan jamur yang menempel di kulit, sebelum di sikat lebih dulu di asapi dengan ratus atau kemenyan. Hal tersebut juga untuk menjaga agar wayang kulit tidak lembab dan terjaga dari serangan jamur dan rayap,  Jelasnya.

Wayang merupakan seni budaya hasil cipta karya  leluhur masyarakat jawa yang sampai saat ini masih terus di lestarikan. Konon wayang di ambil dari nama Ma hyang,  yang artinya menuju jalan yang maha tinggi.

Ada juga yang mengartikan wayang dari kata bayangan, atau penggambaran manusia beserta dengan cerita kehidupanya.

Lembaga Pelestari Dunia atau UNESCO menobatkan wayang sebagai  Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur asli Indonesia pada tanggal 7 November 2003. / Jk

Follow Lokabali.com di Google News



Komentar

Berita Lain