oleh

Makna Barong dalam Tarian Sakral di Bali

-Nusantara-13.499 views

LOKABALI.COM – Barong sakral menjadi salah satu tarian dengan unsur magis tinggi yang hanya boleh ditarikan dalam setiap upacara khusus di Bali. Cara pementasan Barong sakral ini juga tidak sembarangan karena harus melewati tahapan atau Utpeti (penyucian) terhadap lakon yang akan dibawakan maupun para penarinya. Bahan kayu pembuatan Barong sakral sendiri juga harus diambil dari tempat khusus, seperti kuburan. Oleh karena itu Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali.


Tarian ini merupakan kisah peperangan antara kebaikan dan kebatilan. Kebaikan disimbolkan dengan rupa Barong. Sedangkan kebatilan disimbolkan dengan wujud Rangda (raksasa). Menurut Komang Alit, seorang penari Rangda dari Serangan, Denpasar, mengatakan, pertempuran yang terjadi antara Barong dan Rangda, tak pernah berkesudahan. Jadi tak ada yang kalah maupun menang.


“Kalau namanya pertempuran pasti ada yang menang dan kalah. Tapi dalam perang tanding antara Barong dan Rangda, tidak seperti itu. Tarian akan selesai begitu saja di akhir pementasan,” jelas Komang Alit yang seorang penari Rangda tunggal di Pura Segara, Serangan, Denpasar.


Alit mengatakan, Barong dan Rangda merupakan pasangan suami istri. Jadi dalam pertemuan keduanya, yang biasa disebut orang saling bertempur mengukur kesaktian, sebenarnya adalah bentuk melepaskan kangen antara suami dengan istri. Oleh karena itu, ditambahkan Alit, ‘pertempuran’ Barong dan Rangda tidak berakhir dengan kemenangan maupun kekalahan.


“Tarian Barong sakral ini sarat dengan filosofi. Kalau di Bali mengenal istilah Rwabhineda, kira-kira begitu filosofi yang ada dari tarian Barong. Ibarat dua sisi mata uang, antara Barong dan Rangda, sebenarnya merupakan pasangan yang saling membutuhkan. Hanya saja, dalam tarian itu, Barong dan Rangda tak pernah saling bertemu. Maka, ketika mereka saling berhadapan, yang muncul seperti peperangan tapi sebenarnya keduanya saling melepas kangen dengan cara yang berbeda,” terang Komang Alit yang menjadi Pregina (penari sakral) sejak dua tahun lalu.


Di beberapa Banjar di Bali, tarian Barong sakral hanya boleh ditarikan pada acara-acara khusus seperti Pidodalan setiap enam bulan sekali, Hari Kajeng Kliwon maupun saat Purnama Tilem. Dalam setiap kali pementasan, jumlah penari ada 15 orang yang terdiri dari perempuan maupun laki-laki. Alit menjelaskan, di Desa Serangan, tari Barong menampilkan dua sosok Rangda. Namun, dua Rangda itu tak boleh ditarikan dalam satu waktu yang bersamaan. Sosok Barong ditarikan oleh dua orang yang berada di depan dan belakang.

Bagian depan berperan sebagai pemegang kepala dan bagian belakang berada di ekor. Alit menjelaskan, Barong yang umum digunakan memiliki berat hingga mencapai 90 kilogram.
Walaupun topeng Barong berserta perhiasan dan asesoris sudah dipasang, tidak akan dapat memiliki daya magis sebelum disucikan. Proses penyucian ini dilakukan dalam beberapa tingkatan. Tingkatan pertama disebut Prayascita dan Mlaspas. Tingkatan kedua disebut Ngatep dan Pasupati. Kemudian, tingkatan ketiga berupa Masuci dan Ngerehin.
Dengan ketiga rangkaian upacara penyucian tersebut maka Barong dan Rangda dapat dikatakan telah suci, keramat, serta mengandung nilai magis religius serta berhak disebut sebagai kekuatan Tuhan dan menjadi objek keagamaan dalam memantapkan nilai rasa bakti bagi umat.


Prosesi lain dalam pembuatan topeng Barong sakral, dijelaskan Alit berupa penentuan  hari baik pembuatan Barong dan Rangda sehingga menjadi benda sakral. Jenis  kayu yang dipilih untuk pembuatan topeng Barong dan Rangda juga berpengaruh dengan kesakralan yang ada. Umumnya kayu yang digunakan adalah kayu yang diyakini mempunyai kekuatan magis.


“Secara umum topeng Barong sama. Perbedaannya biasanya terdapat pada warna rambut, ada yang merah, putih dan hitam. Asesoris yang digunakan, umumnya juga sama berupa bulu dan cermin-cermin kecil yang dipasangkan di rambut Barong,” terang Komang Alit.


Cara merawat topeng Barong dan Rangda juga dilakukan secara khusus. Masing-masing topeng diserahkan kepada satu orang pemangku untuk merawatnya. Hal itu juga berlaku terhadap topeng-topeng lain yang menyertai dalam pementasan tarian Barong sakral. (Way)

Follow Lokabali.com di Google News



Komentar

Berita Lain