LOKABALI.COM – Siapa yang tidak mengenal kue apem ? Jajanan tradisional yang sangat fenomenal di Jawa, khususnya Jawa Timur ini mempunyai makna tertentu di Bulan Suci Ramadhan. Kue Apem yang dibuat dengan cara yang sangat tradisional ini merupakan simbol ‘Permohonan Maaf’.
Kue Apem biasanya disertakan saat melaksanakan Selamatan atau Kenduri, selain itu juga dibagikan kepada para kerabat dan tetangga menjelang Ramdhan, dan saat malam 10 terakhir puasa Ramadhan pada tanggal ganjil.
Kue Apem dibuat dengan bahan dasar tepung beras, santan kelapa, tape singkong atau pisang, dan ragi atau pengembang apem. Setelah itu di buat adonan dan dituang ke dalam cetakan apem dan dikukus sampai matang.
Selain menggunakan cetakan apem, sebagian masyarakat di pedesaan Jawa Timur juga menggunakan daun nangka sebagai tempat untuk mencetak saat dikukus. Caranya dengan melipat daun nangka seperti kerucut (conthong, dalam bahasa Jawa), kemudian adonan apem dituang kedalam conthongan daun nangka dan dikukus sampai matang.
Apem dengan kekhasan rasa yang manis ini dibuat oleh masyarakat Jawa, khususnya Jawa Timur pada saat menyambut Bulan Suci Ramadahan atau yang sering disebut dengan ‘Megengan’ dan pada saat ‘Maleman’.
Kue Apem yang dibuat saat Maleman, pada malam 10 terakhir Puasa Bulan Ramadhan yakni, malam 21, 23, 25, 27, 29 ini juga sebagai simbol Permohonan Maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada para tetangga.
Dewasa ini, kue apem tidak hanya berwarna putih, namun sudah berkembang menjadi warna-warni sesuai selera pembuatnya. Namun tetap tidak mengurangi atau merubah rasa khas Kue Apem ini.(*)
Komentar