Kesabaran adalah laku utama dalam budaya spiritual jawa. Terbukti dari laku kesabaran tersebut Presiden Joko Widodo mampu mengemban amanah dua kali menjadi Presiden dan di cintai oleh rakyat. Keberhasilan wahyu yang di emban Presiden Joko Widodo tak lepas juga dari peran orang tua dan kakeknya yang di kenal juga dengan laku sabar.
Bahkan sosok Presiden Joko Widodo oleh almarhum tokoh spiritual jawa, Ki Sadono Among Raga, semasa awal maju menjadi Capres 2014 di gambarkan sebagai sosok brahmana. Brahmana tidak hanya sebagai simbol kesedehanaan, akan tetapi juga simbol kesabaran.
Baca juga : Pura Mangkunegaran ajak masyarakat berpartisipasi dalam pelestarian budaya Jawa
“ Banyak sekali tempat untuk laku prihatin nggayuh kederajatan. Selain di pertapaan dan goa, makam para leluhur juga kerap menjadi tempat laku prihatin, salah satunya makam Ki Ageng Tarub dan makam Ki Ageng Sela yang di yakini oleh masyarakat menjadi tempat laku ritual dan ziarah para pejabat. ‘ Jelas Gus Aryo mengungkapkan tempat keramat untuk laku spiritual.
Dua tempat itu merupakan makam leluhur raja raja Mataram Islam. Sehingga diharapkan melalui laku dan ziarah, hajad dan keinginan para pelaku ritual terkabulkan. Sebab masyarakat jawa meyakini jika semua keberhasilan butuh wasilah atau perantara.
Dalam budaya spiritual Jawa, laku seperti itu juga di kenal dengan sebutan nunggak semi, meniru perjalanan hidup para leluhur di masa lalu agar menurun ke generasi berikutnya.
Apakah laku prihatin dapat di lakukan oleh orang lain ?
Tokoh spiritual yang kerap menjalani laku di makam Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Tarub ini mengatakan, kemuliaan dan kederajatan seseorang tidak sekonyong konyong diperoleh hanya karena faktor keberuntungan dan usaha diri sendiri semata.
Melainkan juga hasil jerih payah orang tua, kakek dan para leluhur leluhurnya di masa lalu yang memohon doa siang dan malam melalui laku prihatin, agar anak keturunanya di berikan berkah kemuliaan dunia dan akherat.
Baca juga : Merapi Nagih Janji, Para Penguasa Ghaib Gunung Merapi
Komentar