LOKABALI.COM – Siapa sangka ternyata tanaman mangrove atau yang dikenal tanaman bakau, bisa diolah menjadi beragam panganan dan camilan. Itu dikarenakan buah mangrove kaya akan karbohidrat dan buahnya bisa dibuat menjadi tepung. Bahkan, tanaman itu juga bisa dibuat jadi sirup yang rasanya sangat segar.
Selama ini yang sering kita dengar tentang mangrove adalah tanaman kayu yang
tumbuh di pinggir pantai yang fungsinya untuk menahan abrasi gelombang air
laut. Namun sejak ada inovasi meracik tanaman ini untuk dijadikan makanan, mangrove
tidak lagi sebagai tanaman yang hanya tumbuh di pesisir pantai saja. Melainkan,
jadi sumber daya alam yang bisa dikembangkan lebih maksimal di kemudian hari.
“Kita sudah lama meneliti fungsi lain dari buah mangrove, dan sekarang hasil
olahannya berupa camilan dan penganan sudah mulai di pasarkan di supermarket.
Kami juga sudah menyebarluaskan dengan cara memberikan pelatihan kepada warga
yang tinggal di pesisir dari Sumatera sampai Papua,” ujar Ni Nyoman Yeni dari
seksi kelembagaan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah I Denpasar.
Yang bisa dimanfaatkan dari tanaman bakau ini, menurut Yeni berupa daun, buah
dan akarnya. Termasuk juga kulit kayu tanaman ini. Hanya saja, ia tidak
menyarankan untuk mengambil kulit kayunya. Pasalnya, dengan cara dideres
kulitnya, tanaman lambat laun pasti akan mati.
“Kulit kayu bisa diproses sebagai bahan pewarna batik alami dan penyamak kulit.
Tapi kami tidak sarankan karena bisa mematikan tanaman,” terang Yeni. Lantas,
seperti apa penganan ala buah mangrove ini?
Yang jelas, dari proses yang ada, buah tersebut diolah terlebih dulu untuk dijadikan tepung. Dari tepung itulah kemudian bisa dijadikan adonan untuk membuat aneka camilan seperti dodol, selai, puding maupun kue. Yang pasti pula, makanan dari tanaman mangrove ini cukup aman dikonsumsi. Karena sudah terdaftar di Balai Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI.

“Karena belum familier ada yang menyangka makanan ini berbahaya kalau
dikonsumsi. Buktinya, tiap hari kami disini selalu mengkonsumsi dan aman-aman
saja,” ujar Yeni demikian.
Menurutnya lagi, sekarang di daerah Rungkut Surabaya sudah ada kelompok yang memasarkan makanan dari mangrove ke super market. Demikian juga di Jawa Tengah dan Indramayu.
Artinya, sampai sejauh ini ternyata tanaman bakau sudah dilirik banyak orang untuk dijadikan olahan makanan. Tentunya, mereka yang sudah terjun menekuni usaha pembuatan makanan buah mangrove dan sejenisnya masih berasal dari kalangan yang tinggal di pesisir pantai. Karena disitulah bahan bakunya tersedia.
Namun Yeni mengatakan, bukan tidak mungkin nanti ada tepung mangrove yang secara khusus dijual untuk membuat adonan kue. Itulah kendala yang masih dipikirkan sampai sekarang.
Mengingat, jika produksinya dilakukan secara besar-besaran, bahan baku yang ada
tidak mencukupi. BPHM Wilayah I Denpasar sendiri sekarang hanya memiliki lahan seluas
1.373 hektar. Ia menilai, itu belum cukup memenuhi kuota bahan baku mangrove
untuk diolah menjadi makanan dan sirup. Meski pertumbuhan mangrove sendiri,
menurutnya, sangat cepat dan bisa segera dipanen jika tumbuh di daerah yang tepat.
“Jenis mangrove sendiri ada banyak jenis dan tempat tumbuhnya juga terbagi
dalam wilayah-wilayah tertentu. Artinya, setiap pantai, jenis mangrove yang
tumbuh berbeda,” terang Yeni.
Seperti mangrove jenis Pidada atau Sonneratia
Caseolaris. Pohon ini, menurut Yeni, berupa perdu dengan tinggi mencapai 16
meter dan berakar nafas. Mangrove ini berbunga sepanjang tahun dengan waktu
antara 3-4 bulan.
Menurutnya, mangrove
pidada menjadi tanaman yang banyak dicari. Karena tanaman ini cukup terkenal
untuk membuat bahan baku tepung. Karena itulah sirupnya juga dikenal dengan
sirup pidada. (Jean)
Komentar