oleh

Upacara Sembahyang Untuk Arwah Tak Terurus

-Tradisi-588 views

LOKABALI.COM- Majelis Agama Khong Hu Cu Indonesia ( MAKIN) Kota Surakarta menggelar ritual sembahyang King Hoo Ping.

Upacara King Ho Ping di kenal juga dengan Sembahyang Rebutan. Tradisi ini menurut, Js. Novita Luisiana Dewi, S.E ketua panitia yang juga Ketua Wakin ( Wanita Agama Khonghucu Indonesia) Surakarta, merupakan bentuk pendidikan etika, moral dan budi untuk umat Khong Hu Cu, khususnya bagi para generasi muda.

Keterangan gambar : Ketua Panitia sembahyang rebutan, Novita Luisian /Foto: Lokabali

‘ King Ho Ping di selenggarakan bertepatan pada hari Minggu akhir bulan 7 Imlek’ Jelas Novita Luisiana dalam keteranganya

Pendeta Ws. Adjie Chandra, sembahyang dan doa King Ho Ping di peruntukan bagi arwah umum. Semua arwah yang bukan leluhur kita dan para arwah yang tidak memperoleh perhatian dari sanak keluarganya yang masih hidup.

Upacara ini juga sebagai bentuk kepedulian warga Khong Hu Cu dalam rangka menjaga keseimbangan alam semesta, sekaligus mengenang budi para leluhur. Dengan harapan para generasi penerus mampu melanjutkan perbuatan yang baik dan luhur yang pernah di lakukan oleh para leluhur.

Di kisahkan pendeta muda Ws. Adjie Chandra, pada Jit Gwe atau bulan 7 Imlek pintu akherat di buka. Saat itu para arwah di berikan kesempatan turun ke dunia menengok sanak keluarganya. Dalam menyambut kehadiran para arwah leluhur tersebut, masyarakat Tionghoa, khususnya umat Khong Hu Cu, di wajibkan melakukan sembahyang penghormatan yang di laksanakan pada Jit Gwe Poa ( tanggal 15 bulan 7 Imlek) di rumah masing masing.

Keterangan gambar: Pendeta Ws. Adjie Chandra, / Foto: Lokabali

Di akhir Jit Gwe Poa sebelum para arwah kembali ke alamnya di adakan upacara King Ho Ping untuk menghormati para arwah kembali pulang ke akherat. Sebagai simbol penghormatan dan pengantaran para arwah ke akherat, umat Khong Hu Cu membuat perahu yang di hiasi tiga layar bertuliskan Tuhan, Manusia dan Alam semesta.

Di dalam perahu berisi ratusan nama para arwah baik yang masih di urus ataupun yang tidak terurus oleh keluarganya.

Di akhir acara sembahyang King Ho Ping, perahu beserta nama para arwah selanjutnya di bakar sebagai simbol transportasi pengantar para arwah kembali ke akherat.

‘ Dikarenakan di anggap sakral, warga Tionghoa yang masih memegang adat tradisional, biasanya pantang menggelar hajatan pada hari tersebut. Mereka beralasan bulan 7 Imlek merupakan bulan khusus untuk persembahyangan arwah para leluhur’ Terang Pendeta Ajie.

Nabi Khongcu tutur Pendeta Adjie Chandra, mengajarkan agar kita memperlakukan mereka yang sudah meninggal seperti orang hidup.

Seperti tidak berarti sama, sebab bukankah dulu mereka juga pernah hidup. Untuk itu jasa dan segala kebaikanya sebagai manusia, hendaknya tidak di lupakan.

Sembahyang King Ho Ping juga di sebut sembahyang rebutan karena menurut legenda, para arwah yang hadir untuk menikmati sesaji sangat banyak sehingga terjadi saling berebutan.

Sementara itu ada juga tradisi, usai sembahyang sesaji sesaji di jadikan rebutan. Makna dari sesaji tersebut sebenarnya jangan melupakan leluhur, jangan lupa asal usul kita.

Dalam upacara sembahyang King Ho Ping, umat Kong Hu Cu memberikan berbagai sesaji, baik yang bersifat vegetarian maupun non vegetarian. / Jk

 

Follow Lokabali.com di Google News



Komentar

Berita Lain