LOKABALI.COM- Sebagai wujud bhakti anak cucu kepada orang tua, Suwanto, warga Desa Ngadirejo, Mojogedang, Karanganyar, menggelar upacara Entas Pitulus atau yang di Bali dikenal dengan nama Ngaben.
Di jawa, Ngaben di kenal dengan nama upacara Entas Pitulus. Di Jawa Timur di kenal dengan nama Entas entas. Sedangkan di Bali dikenal dengan nama Ngaben ‘ Jelas Puja Astawa dalam keteranganya.

Pemangku Pura Munggur Karanganyar tersebut menambahkan, Entas Pitulus di maknai untuk mengembalikan arwah orang tua ke asalnya.B
Baca juga : Babad pajang palagan bengawan sore ( gugurnya arya penangsang)
Mengembalikan tidak hanya jiwanya saja, melainkan jasad kasar yang terdiri dari lima unsur dan intinya juga dikembalikan ke tempat asalnya.
Asal di artikan kembali kepada Tuhan Sang Maha Pencipta.

Terdapat tiga cara pada prosesi upacara Entas Pitulus. Yang pertama jasad dapat langsung di bakar seketika atau menunggu seminggu, satu tahun, tiga tahun, baru kemudian di gali dan tulang tulangnya di angkat untuk di bakar. Atau pembakaran jasad dengan menggunakan simbol simbol sesaji.
Baca juga : Ketua fbm dukung upaya pemerintah melakukan repatriasi prasasti-pucangan-dari india
Seperti halnya pada upacara Entas Pitulus yang di lakukan di Mojogedang. Prosesi pembakaran jasad di lakukan dengan cara menggunakan simbol atau yang di sebut dengan nama Daksina.
Terdapat berbagai simbol isi alam semesta di dalam Daksina. Sedangkan jasad seseorang yang akan di ngaben dalam daksina di gambarkan pada batang kayu sebagai perwujudan simbol manusia.
Usai simbol manusia tersebut di bakar, abu pembakaran lantas di ambil dan di tata di atas meja menyerupai bentuk manusia.
Di atas abu di letakan sesaji , selanjutnya di doakan dan di ambil abunya sebanyak tiga kali pada bagian kepala, badan dan kaki.
Setiap anak cucu mengambil abu sebanyak tiga kali. Setelah terkumpul didalam wadah selanjutnya di ulek atau upacara Ngreka.
Ngreka di maknai menarik badan halus kembali lagi ke asalnya, setelah sebelumnya badan kasar di bakar dan di kembalikan ke asalnya.
Setelah proses pengembalian badan kasar dan badan halus selesai, di lanjutkan dengan prosesi upacara Ngroras, atau dalam makna modern dibikinkan channel untuk para leluhur.
‘Membuat tempat persemayaman bagi para leluhur. Sehingga saat berdoa anak cucu tidak perlu lagi datang ke kuburan’ Kata Mangku Puja Astawa dalam uraianya
Akhir dari prosesi upacara Entas Pitulus, abu pembakaran, pakaian dan sesaji lantas di larung di air yang mengalir atau ke sungai, jika tempat upacara jauh dari pantai./ Jk




















Komentar