LOKABALI.COM – Uniknya gitar berukir yang dibuar Wayan Teges, bukan saja terlihat dari bodinya yang eksentris dan estetis, namun suara yang muncul dari gitar tersebut juga sangat khas. I Wayan Tuges menjadi satu-satunya orang yang telah diakui musisi dunia dalam pembuatan gitar yang penuh ornamen pahatan ini. Pria asal Desa Guwang, Sukawati ini juga satu-satunya pemahat gitar yang ada di dunia.
Di dinding bengkel kerjanya, sederetan musisi dunia berpose dengan gitar berukir
buatan Wayan Tuges. Sebut saja George Kooymens, gitaris Golden Earing Band asal
Belanda atau Paul Des Laurier asal Kanada. Di dinding yang lain terlihat
gitaris Band Gigi, Dewa Bujana dan pakar teknik typing, I Wayan Belawan, memamerkan karya fenomenal I Wayan Tuges.
Bingkai-bingkai foto yang terpampang itu seolah bercerita kalau gitar asal
Sukawati, Gianyar, Bali itu telah tersebar ke seluruh penjuru dunia dan
dikoleksi oleh sederetan pejabat negara. I Wayan Tuges mengaku, pasar
terbesarnya selama ini adalah di Eropa dan Amerika.
“Kebanyakan permintaan berasal dari Eropa dan Amerika. Untuk musisi Indonesia
sendiri ada beberapa yang mengkoleksi gitar saya,” kata Tuges bangga.
Berawal sebagai pemahat ukiran kayu, bapak empat anak ini tidak pernah menyangka namanya mulai diperhitungkan sebagai pemahat gitar berkelas dunia. Ceritanya menurut Tuges, dirinya kali pertama mendapat tantangan dari seorang tamu asal Kanada yang tertarik dengan hasil karya pahatannya. Tahun 2005, Tuges diminta untuk memahat di seluruh body gitar. Meski tidak punya pengalaman membuat gitar, pria berusia 60 tahun itu menerimanya.

“Menurut saya ini adalah tantangan. Tamu itu memberikan saya sebuah gitar untuk
dihancurkan. Maksudnya, saya diminta untuk mempelajari isi gitar dan membuatnya
lagi dalam sebuah gitar berukir. Uji coba itu pun gagal,” tegas Tuges tak
merasa sungkan mengakui kegagalannya.
Tapi kegagalan itu tidak membuatnya patah semangat. Ia terus belajar.
Beruntung, kawan asal Kanada bernama Danny Fonfreder itu memberikannya
kesempatan dengan mendatangkan ahli pembuat gitar dari Amerika Serikat. Dari
situlah, Tuges tahu teknik membuat gitar yang ternyata cukup rumit dan detail.
Mengingat, ia bukan hanya berkarya dalam sebuah kayu dan alat pahat saja. Melainkan,
juga dituntut bagaimana menghasilkan suara yang bagus dari sebuah instrumen gitar
tapi tetap memiliki nilai keindahan dalam sebuah pahatan.
“Ternyata memang cukup rumit membuat gitar yang dipahat.Pembuatannya harus
dengan perhitungan karena berkaitan dengan bunyi atau nada yang dihasilkan.
Kalau salah perhitungan, baik ukiran atau komposisi body gitar sampai neck (leher gitar), berpengaruh sekali
terhadap kualitas suara,” terang I Wayan Tuges.
Keseriusannya belajar membuat gitar berukir tak tanggung-tanggung. Tuges meluangkan
waktu selama dua tahun untuk membongkar pasang dan memahat setiap ceruk dalam
instrumen gitar. Hasilnya, memang sangat mengagumkan begitu launching pertama kali dalam Montreal
Jam Festival di Kanada pada 2007, gitar hasil karyanya cukup diminati para
musisi disana. Tuges mengaku, kala itu membawa 15 gitar. Pada hari pertama
festival, gitar berukirnya laku 8 buah.
“Ini penghargaan tertinggi yang pernah saya capai. Apalagi, banyak musisi dunia mengakui kalau suara gitar yang keluar cukup bagus. Artinya, sound yang keluar sudah standar internasional,” kata Tuges.
Harga sebuah gitar berukir itu juga cukup fantastis untuk mata uang Indonesia. Tuges biasa membandrol dengan nilai dolar antara $1.000 – $ 15.000 atau sekitar Rp 10 juta sampai Rp 150 juta per gitar. Semua tergantung tingkat kerumitan, detail dan kualitas suara yang dihasilkan.
Sampai-sampai, untuk membuat satu gitar saja harus membutuhkan waktu sepuluh hari dengan dikerjakan lima orang. Dengan 45 karyawan, dalam sebulan hanya mampu menghasilkan belasan buah gitar berukir. (Jean)
Komentar