LOKABALI.COM – Sanur Village Festival XIV Tahun 2019 yang masuk 8 besar kegiatan kalender pariwisata nasional Kementerian Pariwisata Republik Indonesia kembali menyajikan kreasi, inovasi, dan kolaborasi berbasis komunitas warga yang kian menjadi daya tarik wisatawan.
Ketua Umum Sanur Village Festival Ida Bagus Gede Sidharta Putra atau akrab disapa Gusde mengatakan, branding yang telah terbangun hingga memasuki kegiatan tahun keempatbelas ini diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang dinilai masih lesu.
“Kami terus melakukan evaluasi dan meningkatkan kualitas kemasan festival agar tetap menjadi daya tarik dan menjadi kenangan mengesankan bagi para penggunjung termasuk wisatawan,” katanya, Senin, 19 Agustus 2019.
Menurut Gusde, perhelatan Sanur Village Festival dapat mendongkrak okupansi hotel di wilayah Sanur. Pada semester I tahun 2019, tingkat hunian kamar hotel hanya 55 persen. Namun dengan adanya event tahunan ini, diharapkan dapat mendorong jumlah kunjungan wisata.
Gusde yang juga Ketua Yayasan Pembangunan Sanur bersama masyarakat Sanur, ingin terus memberikan sumbangsih bagi keberlanjutan pariwisata yang menjadi penopang ekonomi terbesar di wilayah Sanur.
Salah satunya melalui festival yang tahun ini bertema ‘Dharmaning Gesing’. Sanur Village Festival, dikatakan Gusde, menggerakkan berbagai komunitas dalam melakukan kreasi dan inovasi terhadap kemanfaatan tanaman bambu yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Bali.
Sanur Village Festival XIV digelar selama 5 hari pada 21-25 Agustus 2019 di Pantai Matahari Terbit Sanur. Dari persiapan yang dilakukan, hingga Minggu (18/8/2019) petang telah mencapai sekitar 75 persen.
“Dipastikan rampung menjelang pembukaan yang rencananya dilakukan Menteri Pariwisata Arief Yahya pada Rabu (21/8/2019) petang,” jelas Sidharta Putra.
Festival kali ini juga menyerahkan Tanda Kehormatan Satya Lencana Kesetiaan Pariwisata dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo kepada tokoh dan Founder Santrian Group Ida Ratu Pedanda Gede Dwija Ngenjung atau dikenal dengan Ida Bagus Tjetana Putra.
Penyerahan tanda kehormatan dilakukan oleh Menpar Arief Yahya saat pembukaan festival.
Gusde mengatakan, panitia berupaya menerjemahkan tema ke dalam berbagai perangkat dan peranti di arena festival, mulai dari gerbang masuk hingga ke panggung utama yang didominasi bahan bambu.
“Memang, belum seluruh keinginan dapat terwujudkan, tetapi paling tidak upaya ini diharapkan memantik keinginan bersama untuk kembali memanfaatkan bahan ramah, sekaligus meningkatkan nilai ekonomi dan kegunaannya,” kata Gusde.
Salah satu kolaborasi yang bakal ditampilkan pada malam pembukaan adalah kolaborasi musisi jazz Tanah Air, Indra Lesmana dengan seniman I Nyoman Windha bersama sekehe jegog yang menggunakan instrumen berbahan bambu.
”Ini merupakan pengalaman kedua saya bekerja sama dengan Pak Winda setelah 14 tahun berlalu,” kata Indra Lesmana.
Kolaborasi dengan Windha pernah dilakukan Indra dalam konser ’Megalitikum Kuantum’ di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana pada 2005 silam. Pada malam pembukaan nanti kolaborasi Indra dengan musik jegog akan menampilkan kejutan baru. (Jeane)
Komentar