LOKABALI.COM — Pembangunan karakter anak hanya bisa di capai jika sebuah keluarga memiliki ketahanan dalam keluarga. Ketahanan dalam hal ini adalah bagaimana sebuah keluarga mampu saling berbagi, mampu menjalin komunikasi antara satu dengan yang lain dalam sebuah keluarga.
Sehingga terciptalah rasa kasih sayang antara satu dengan yang lain. Jikalau kasih sayang tersebut terbangun, kebahagian akan di capai. Keluarga akan menjadi tempat berlindung bagi semua individu yang ada di dalamnya.
Dengan kuatnya ketahanan di dalam keluarga, segala perilaku negatif di masyarakat seperti narkoba, kenalakan remaja, radikalisme dan intoleran dapat di cegah dan tangkal.
Individu dalam keluarga akan mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Humanisme keluhuran nilai budi pekerti dan religiusitas di dalam individu keluarga akan terbangun seiring dengan perkembanganya.
Namun dalam membangun ketahanan keluarga di butuhkan dua hal sebagai dasar pondasinya yaitu agama dan humaniora.
Nilai suci pendikan agama adalah dasar membangun religiusitas seseorang kepada Tuhan Sang Maha PenciptaNYa. Sedangkan humaniora berguna membangun karakter jati diri, keselarasan dan budaya dalam sebuah keluarga yang berpijak pada nilai nliai luhur kearifan lokal.
Keselarasan dua hal ini akan membangun rasa memayu hayuning bawana dalam individu sebuah keluarga. Dari lingkup terkecil inilah ketahanan keluarga di bentuk dan di bangun.
Pembangunan ketahanan keluarga melalui humaniora dalam manuskrip kuna banyak di sampaikan oleh para ulama dan pujangga, seperti halnya di banyak naskah karya Mangkunegara IV, yang dikenal sebagai pemimpin hebat, ahli militer dan ekonomi, tetapi juga seorang pujangga.
Dari hasil karya karyanya terlahir banyak sastra piwulang yang saat ini masih besar relevansinya terhadap pembangunan ketahanan keluarga.
Naskah karya Mangkunegara IV beberapa di antaranya sudah di kaji oleh Litbang Agama Semarang, yang hasil kajianya akan di jadikan sebagai policy paper pembangunan pendidikan ketahanan keluarga.
Beberapa naskah yang sudah berhasil di kaji salah satunya manuskrip 104 karya Mangkunegara IV, berupa naskah carik yang di salin tahun 1911 M dari perpustakaan Reksa Pustaka.
Manuskrip 104 berisi dua belas naskah diantaranya serat warayagnya, salokantara, tripama, sriyatna, salokatama, pralambang rara kenya, paliatma, pariwara, manohara, wirawiyata, nayakawara dan serat darmawasita.
‘ Kedua belas serat ini berisi sastra piwulang ’ Jelas Dr. Samidi, S.Ag, M.S.i selaku Kepala Balai Litbang Agama Semarang saat membuka seminar hasil kajian manuskrip 104 MN IV sebagai bahan policy paper yang akan di berikan kepada Dirjen kementerian dan dinas terkait menyoal pembangunan ketahanan keluarga.
Balai Litbang Agama ( BLA ) Semarang berada di bawah langsung Kementerian RI, yang memiliki teritorial ruang kerja sembilan propinsi di Indonesia.
‘Hasil kajian BLA berbeda dengan hasil kajian di perguruan tinggi yang akan berhenti pada kajian ilimiahnya. Di BLA hasil kajian akan menjadi policy paper, kebijakan ini akan di kirim ke Dirjen atau lembaga yang berkompeten untuk di terapkan.
Oleh karena itu Ballai Litbang Agama tidak hanya berhenti pada penelitian, namun pengembangan hasil penelitian juga akan di kawal sebagai tindak lanjut dari progres yang sudah di capai ’ Imbuhnya.
Puluhan lembaga dari berbagai instansi baik pemerintah maupun ormas keagamaan oleh Balai Litbang Agama Semarang di ajak melakukan kajian dan menerapkan hasil kajian sebagai tindak lanjut dari pengembanganya.
Keterlibatan lembaga pemerintah, ormas, akademisi dan lembaga adat akan semakin memperoleh banyak pandangan dari berbagai sudut yang berbeda.
Baik dari sisi budaya, sosial maupun keagamaan . / Jud
Komentar