LOKABALI.COM – Kreatifitas dan inovasi menjadi modal dasar dalam mengembangkan usaha kerajinan lukisan cangkang telur ini. Seperti yang dilakukan Ni Wayan Suwarti, hanya bermodal cat lukis, kuas dan cangkang telur sebagai media, hasil karyanya sampai menembus pasar luar negeri. Seperti lukisan telur itu?
Saat ini boleh dikatakan, Ni Wayan Suwarti sudah tidak memikirkan pasar untuk
menjual hasil karyanya. Karena setiap bulan ia sudah kebanjiran order
mengirimkan lukisan telur ke luar negeri. Order dari kawasan wisata nasional
pun juga tak pernah sepi.
Di Desa Batuan, Gianyar, Bali, Suwarti bisa disebut salah satu pelopor lukisan
cangkang telur ini. Karena pada jamannya, awal 1980-an disitu belum ada satu
pun penggagas lukisan diatas media cangkang telur. Kemudian, ia bersama suami
memulainya dan hanya memajang kreasinya di sebuah galeri kecil yang
memanfaatkan sebagian ruangan di rumahnya.
“Awalnya kami coba-coba saja. Karena saya melihat Bali
daerah wisata dan tentu saja banyak turis asing yang datang kemari. Sampai saat
ini pun kebanyakan pembeli lukisan telur ini adalah turis asing,” jelas
Suwarti.
Ibaratnya, pada masa itu ia bersama sang suami melakukan banyak uji coba dengan
media cangkang telur, salah satunya cangkang telur ayam. Tapi setelah melakukan
trial and error ternyata yang paling
pas adalah cangkang telur bebek. Dari situ, Suwarti biasa berburu limbah itu
dari rumah ke rumah demi mendapatkan cangkang telur bebek.
Setelah mendapatkan bahan baku, baru mereka berdua melukisnya hingga menjadi
karya lukisan yang sangat menawan dan tentu saja berbeda karena medianya berupa
cangkang.
Tema lukisan yang diambil awalnya, berupa kisah-kisah pewayangan atau keindahan
panorama pulau dewata.
Bahan cangkang yang dibutuhkan pelukis telor ini bukan hanya telor bebek saja, bahkan telor burung unta pun juga jadi penawaran tersendiri bagi mereka yang mampu menyuplai kepada para pelukis telor ini.
Ni Wayan Suwarti menyebut, untuk telur burung unta sampai saat ini masih mengandalkan pasokan dari Afrika Utara.
“Memang nggak mudah cari cangkang telur burung unta. karena itu harganya juga mahal, bisa sampai puluhan juta per lukisan,” terangnya demikian.
Masing-masing pelukis telor yang membuka gerai di sepanjang Desa Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali, dalam sebulan umumnya sanggup menampung antara 200 hingga 500 cangkang telor. Namun itu juga tergantung dengan pangsa pasar si pelukis telur sendiri.
Seperti Ni Wayan Suwarti misalnya, dalam sebulan sedikitnya menghabiskan 700 cangkang telor bebek.
“Kalau untuk wilayah lokal saja segitu kira-kira. Tapi kalau ditambah dengan yang diekspor bisa sampai ribuan,” kata ibu pemilik I Wayan Sadra Egg Painting ini.
Satu hal lagi yang perlu diketahui, cangkang telor yang dibutuhkan harus dalam keadaan utuh. Sementara, isinya terlebih dulu dikeluarkan dengan cara melobangi di bagian ujung telor.
Lantaran gerai artshop milik Suwarti tergolong pionir dengan pangsa pasar hingga ke luar negeri, kebanyakan pelukis telor yang lain sering mengambil bahan baku dari tempat ibu berkacamata ini. Umumnya yang dicari memang cangkang yang berwarna putih.
“Banyak yang pesan dari sini memang, kalau cuma beberapa biji biasanya ada. Tapi kebetulan sekarang barangnya belum datang, padahal yang menanyakan sudah banyak,” ungkapnya. (Jean)
Komentar