LOKABALI.COM-Puluhan tokoh budaya, Selasa malam (10/11) berkumpul di omah kamardikan Purwonegaran dalam rangka silaturahmi sekaligus sarasehan budaya menggali nilai nilia luhur budaya kearifan lokal.
Sarasehan di buka dengan simbol sesaji tumpeng urapan sebagai sebuah bentuk regalia permohonan masyarakat jawa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Simbol tersebut diantaranya nasi tumpeng urapan yang dimaknai bebrayan ageng. Nasi tumpeng yang mengerucut sebagai bentuk perwujudan dari meru atau gunung.
Di atas tumpeng ada bawang merah dan lombok sebagai simbol, bahwa seluruh mahkluk hidup didalam bebrayan ageng semua bertasbih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan ingkung ayam dimaknai sabagai simbol bahwa manusia pada akhirnya akan kembali kepada Dzat yang maha tunggal.
Yang istimewa dalam rangkaian sesaji, terdapat pincuk daun jati berlapis daun pisang wadah nasi urapan.
Daun jati menurut Bambang, selaku pemrakarsa sarasehan di sampaikn, sebagai sebuah simbol keselarasan bapa biyung.
” Seperti halnya kehidupan di dalam bebrayan ageng yang berisi dua keseimbangan, baik buruk, siang malam, Senang , susah dan keseimbangan lainya ” Jelas Bambang dalam keteranganya.
Daun jati juga sebagai harapan agar kita kembali kepada kesejatian diri kita
Sebagai manusia yang sadar akan dirinya sendiri, sehingga hidup tidak terlarut dalam pusaran ketidak pastian jaman, tutupnya. /jk
Komentar