oleh

Sosok Kaum Muda Pengrajin Wayang Kulit

-Profil-2.418 views

LOKABALI.COM – Pengrajin wayang kulit terbukti bukan melulu milik kaum sepuh (tua).

Seperti di desa Butuh, Sidowarno, Wonosari, Klaten, Jateng, banyak pemuda juga secara aktif menekuni usaha tersebut. Bahkan membuat wayang kulit sudah menjadi mata pencaharian utama mereka.

Salah satunya adalah pengrajin yang bernama Pendi Istakanudin (28). Pemuda bujang ini juga optimis, menjadi pengrajin wayang kulit di masa sekarang masih sangat menjanjikan.

Menurut Pendi, selama kesenian wayang kulit masih diminati masyarakat, otomatis keberadaan pengrajin juga masih dibutuhkan.

Nyatanya, trend kesenian dan budaya sekarang, masih menempatkan pentas wayang kulit menjadi satu fenomena hiburan yang masih diminati masyarakat.

Begitu pula dengan lembaga, sekolah, atau sanggar-sanggar kesenian, tumbuh bak jamur di musim hujan. Sangat subur di se-antero tanah Jawa.

Ikon dari sekolah atau sanggar kesenian sekarang, selalu menjadikan kesenian wayang kulit menjadi hal paling utama, ujar Pendi saat ditemui di rumahnya.

Sehingga dengan fenomena tersebut, banyak dalang-dalang baru yang bermunculan. Bahkan dari event temu dalang bocah di Solo beberapa waktu lalu, tercatat rekor 187 dalang bocah yang menjadi peserta.

Ini menjadi indikasi bahwa dunia kesenian wayang kulit ternyata masih mendapat tempat di hati generasi muda.

Apalagi, keberadaan dalang-dalang baru dengan beragam ciri khas dan gaya, juga makin bermunculan di semua wilayah.

Hal tersebut tentu juga menjadi angin segar bagi keberadaan pengrajin wayang kulit. Dengan banyaknya dalang baik generasi lama atau yang baru, tentu menyerap banyak produk dari para pengrajin wayang kulit.

Semakin banyak pentas atau pagelaran wayang kulit diadakan, semakin banyak pula kebutuhan properti seniman wayang (dalang). Terutama properti wayang kulit yang menjadi modal utama untuk pentas.

Untuk menyuplai properti utama itulah, kami selaku para pengrajin muda siap memenuhinya, lanjutnya.

Bagi Pendi, menjadi pengrajin wayang kulit jelas terbukti menguntungkan secara profit atau keuntungan. Dalam seminggu selalu ada pesanan dari pelanggan.

Selain pesanan tetap, juga ada pesanan secara sporadis atau tidak tetap. Sehingga selain mengerjakan pesanan dari pelanggan tetap, ia selalu menyisakan waktu untuk menggarap wayang kulit sebagai stok.

Nanti sewaktu-waktu ada pemesan baru yang datang atau orderan masuk, ia tinggal mengambil dari stok yang sudah ada. Stok atau persediaan tersebut kebanyakan untuk jenis-jenis wayang dengan karakter atau tokoh lakon yang sudah populer.

Misalnya Gatotkaca, Janaka, Rahwana, dll. Maklum, karena jenis-jenis karakter itu memang paling sering dimainkan dalam sebuah pementasan wayang kulit.

Sehingga seorang dalang kerap memesan ganda, atau beberapa biji untuk cadangan jika sewaktu-waktu ada properti wayang yang rusak.

Begitu pula untuk kalangan perorangan atau kolektor, biasanya juga memesan untuk jenis-jenis karakter wayang yang sudah terkenal, lanjutnya.

Segmen pasar wayang kulit selama ini memang ada tiga jenis. Yaitu pelanggan dari kalangan seniman dalang, kolektor, dan souvenir.

Untuk kalangan seniman biasanya datang dari lembaga, sekolah, kampus, sanggar, atau perorangan. Untuk kolektor biasanya memang perorangan.

Bahkan seringkali beberapa turis asal mancanegara, juga ikut memesan atas referensi beberapa temannya. Sedangkan untuk souvenir kebanyakan dipesan oleh para pedagang dari tempat-tempat wisata. (Med)

Follow Lokabali.com di Google News



Komentar

Berita Lain