LOKABALI.COM-Minggu pagi (8/9/2019) pemerhati budaya dan tosan aji beserta para Empu perkerisan, menggugah kembali Besalen Mloyokusuman ( Tempat menempa tosan aji ) dalam acara nunggak semi Besalen Mloyokusuman.
Acara ‘ Nunggak Semi Besalen Mloyokusuman’ di pimpin oleh Empu Totok Brojodiningrat dari Besalen Brojodiningrat selaku tokoh perkerisan Nusantara sekaligus ketua bidang budaya SNKI ( Sekretariat Nasional Keris Indonesia).
Acara munggak semi di kemas dalam bentuk prosesi adat Jawa kuna, di mana dalam proses peralihan Besalen dari lokasi lama, di belakang ndalem Mloyokusuman, ke lokasi baru di bagian sisi bagian depan ndalem Mloyokusuman dilakukan dengan cara kirab dan juga pengambilan tanah dari besalen lama ke besalen baru.
” Prosesi ini merujuk pada manuskrip kuna, begitupun hari pelaksanaan pemindahan Besalen, di hitung berdasarkan petung pawukon atau astrologi jawa ‘ Terang Empu Totok Brojodiningrat, tokoh perkerisan Nasional yang juga ahli astrologi Jawa.
Di jelaskan olen Mpu Brojodiningrat, merujuk pada naskah naskah kuna, keberadaan Besalen Mloyokusuman mengikis anggapan selama ini, jika tempat Pembuatan pusaka tosan aji identik ada di daerah pinggiran atau pedesaan.
‘ Padahal dalam naskah kuna dijelaskan, di era PB X terdapat beberapa tempat pembuatan keris diantaranya
Besalen Mloyokusuman, Besalen Joyokusuman dan Besalen Singosaren, yang kesemuanya berada di tengah perkotaan ‘ Ujarnya menerangkan
Di tambahkan, di era tahun lima puluhan, Maha Resi Tama Panembahan Hadiwijaya, salah seorang putra PB X pernah menggelar acara pameran Tosan Aji di Museum Radya Pustaka. Hal ini tentu saja membuktikan adanya tokoh perkerisan saat itu, sekaligus keberadaan beberapa Besalen di pusat kotapraja di era PB X.
‘ Salah satu keris pusaka yang pernah di tempa di Besalen Mloyokusuman adalah keris luk sebelas sabuk inten yang memiliki lambe gajah sangat kecil. Lambe gajah ini merupakan ciri khas keris Besalen Mloyokusuman ‘ Jelas Mpu Totok Brojodiningrat memaparkan ciri pusaka hasil tempaan Besalen Mloyokusuman.
Pada acara kirab pengambilan tanah, di sertakan juga beberapa pusaka leluhur milik keluarga besar Mloyokusuman, jelasnya
Sebelum acara berlangsung, lebih dulu di gelar wilujengan oleh abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Pada prosesi kirab, Mpu Totok Brojodingrat melantunkan kidung Tripama yang menceritakan tiga ksatria utama dalam kisah pewayangan yaitu Kumbakarna, Bambang Sumantri dan Karno Basusena.
Di sebut ksatria utama karena ketiga tokoh tersebut memiliki maksud tersendiri saat perang sebagai ksatria dalam mempertahankan keteguhanya.
Tripama dimaknai sebagai perjalanan kehidupan dari awal, tengah dan akhir.
Begitupan pada prosesi mbabar keris pusaka, seorang Mpu harus mampu mengawali prosesi dengan laku bathin.
Proses ini akan berlanjut pada proses pertengahan dimana pada saat menempa seorang Mpu harus mampu ‘ Nata rasa sajroning mawa’ sehingga pesan Empu akan tergurat pada pamor tosan aji.
Di akhir prosesi pembuatan pusaka, tosan aji akan menjadi simbol sekaligus wujud permohonan seorang Empu kepada Tuhan Yang Maha Esa di dalam membabar keris pusaka./ jk
Komentar