LOKABALI.COM – Taman Sukasada Ujung atau biasa disebut Taman Ujung, terletak di wilayah Karangasem yang berjarak sekitar 100 kilometer dari kota Denpasar. Disebut Taman Ujung karena memang lokasinya berada di ujung timur pulau Bali.
Taman seluas 9 hektar ini berada persis berada diantara pegunungan dan samudera. Taman ini dibangun oleh Raja Karangasem pada tahun 1919 yang bernama Anak Agung Ketut Karangasem dengan gelar Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem. Kemudian, baru diresmikan pada tahun 1937.
Menurut salah satu pengelola, Nyoman Matal, dulunya raja membangun tempat itu untuk refreshing, juga untuk memantau keamanan wilayah ujung timur pulau Bali. Karena lokasinya yang berada diantara gunung dan laut, raja merasa memiliki tanggungjawab besar untuk mengamankan wilayahnya dari ancaman yang berada di laut.
“Disini ada namanya balai kapal yang fungsinya untuk memantau situasi keamanan
dari ketinggian ke wilayah perairan disekitar kerajaan. Bangunan yang ada
disini juga terbilang unik karena desain bangunannya berbeda-beda tidak utuh
gaya Bali,” jelas Nyoman Matal.
Gaya bangunannya mengadopsi tiga arsitektur dari Eropa, Cina dan Bali. Menurut Nyoman Matal, Taman Ujung dibangun berawal dari sebuah pura yang berlokasi di sisi timur laut. Ketika itu raja melakukan bermeditasi untuk mendapatkan inspirasi tata letak dan model bangunan taman yang akan dibangunnya.
“Jadi sungai yang sudah ada diurug untuk pembuatan taman Sukasada ini. kalau
ada desain lain muncul, itu karena pengalaman raja ketika melihat arsitektur
bangunan di luar negeri, seperti Cina dan Eropa,” terang Nyoman Matal.
Bangunan pertama merupakan kolam air mancur yang dikelilingi patung bidadari
dan enam pot bunga. Sedangkan di tengah-tengahnya berdiri patung seorang dewi
yang sedang memegang kendi, dan dari kendi itu mengucurkan air sebagai simbol
kesejahteraan. Menurut Nyoman Matal, banyak yang menafsirkan patung bidadari
itu adalah Dewi Saraswati.
“Banyak yang menafsirkan begitu, tapi sebenarnya bukan. Justru bidadari itu
lebih mirip Dewi Kwan Im yang ada di Cina. Dewi murah hati yang mengirimkan
kesejahteraan kepada manusia. Saya kira lebih kearah itu, mengingat semua
bangunan termasuk tata letak dan arah bangunan mengandung banyak filosofi
hidup,” ungkap Matal.
Sekedar informasi, Pura sebagai bangunan suci selalu menghadap ke arah utara. Secara filosofis posisi tidur warga di Bali mengikuti arah suci dengan kepala menghadap utara.
Sedangkan bangunan berikutnya adalah Balai Lunjuk. Bangunan ini berada di sebelah barat laut pada areal taman. Posisinya yang berada di ketinggian, untuk mencapainya harus melalui dua buah tangga dari sisi sebelah barat dengan tujuh anak tangga dan dari sisi timur terdiri dari 97 anak tangga.
Balai Lunjuk ini berfungsi untuk memberikan pengarahan kepada para abdinya. Selain itu, raja juga kerap memanfaatkan Balai Lunjuk untuk menikmati pemandangan Taman Ujung secara keseluruhan.
“Lunjuk dari kata telunjuk yang artinya memberikan pengarahan. Uniknya kalau
dihitung jumlah anak tangganya selalu berubah-ubah,” terangnya.
Di sebelah utara Bali Lunjuk terdapat bangunan besar yang berisi patung Warak
atau Lembu bercula. Bangunan ini berada di atas perbukitan dengan jarak sekitar
300 meter dari Balai Lunjuk.
Pada bagian timur bangunan dilengkapi tiga patung. Di bagian atas terdapat patung badak, kemudian di bagian bawah terdapat patung singa terbang dan paling bawah patung sapi. Fungsi Balai Warak ini untuk kegiatan spiritual upacara nyegara gunung bagi keluarga raja, atau upacara terakhir dalam prosesi pengabenan.
Di tengah-tengah taman yang juga disebut istana air itu terdapat Balai Bundar dengan desain dan langgam dari perpaduan arsitektur Bali dan Eropa. Bangunan ini menjadi tempat sakral ketika raja melakukan semedi. (Jean)
Komentar