LOKABALI.COM – Ikon Festival Seni Bali Jani adalah karya instalasi berjudul ‘Wiping the Rain’ atau ‘Menyeka Hujan’. Anyaman bambu itu merupakan karya seniman Wayan Sudarma Putra atau Nano Uhero. Wiping the Rain akan menghiasi gerbang utama Taman Budaya Bali.
“Hari ini kita melakukan instalasi. Sebelumnya, kita sudah susun di studio,” jelas Nano di Taman Budaya Bali, Kamis, 24 Oktober 2019, kemarin.
Nano mengatakan, hasil karyanya berupa anyaman bambu yang disimbolkan sebagai awan. Kemudian dibawah awan itu akan ada 250 bambu yang diartikan sebagai hujan.
Konsep itu lahir dari pengembangan tema Festival Seni Bali Jani, ‘Hulu Teben’. Hulu yang berarti kepala dan Teben adalah yang berada di bawahnya, kemudian digambarkan sebagai awan dan hujan dalam sebuah karya seni instalasi.
Awan dan hujan juga bermakna sebuah siklus yang akan terus terjadi. Hujan tidak akan terjadi tanpa awan dan awan tidak akan terjadi tanpa penguapan.
“Hujan sebenarnya berasal dari bumi ketika terjadi penguapan, kemudian menjadi awan yang akhirnya diturunkan lagi ke bumi dalam wujud air yang disimpan di tanah,” ujar pria lulusan seni rupa ISI Denpasar ini.
Siklus itu, menurut Nano, sebagai keterkaitan satu sama lain. Karena itu, pria berambut gimbal ini merajut anyaman bambu sebagai simbol jalinan antara satu dengan lainnya.
Seni instalasi karya Nano berukuran panjang 15 meter, lebar 5 meter dengan ketinggian 6 meter yang dipasang di luar areal Taman Budaya. Sedangkan, di dalam lokasi acara akan terpampang 4 buah judul karya seni instalasi dari para pemenang lomba.
Karya seni instalasi itu akan dipercantik dengan penambahan tata cahaya yang menawan. Selain itu, ada beberapa photobooth dan sejumlah spot yang instagramable.
Festival Seni Bali Jani 2019 ini akan dibuka oleh Gubernur Bali Wayan Koster pada Sabtu, 26 Oktober 2019, pukul 19.30 Wita. Gubernur akan menyalakan lampu LED dan dilanjutkan dengan pemutaran video mapping berdurasi tiga menit. (Way)
Komentar