LOKABALI.COM – Di Jakarta ada jalan Jaksa sedangkan di Yogyakarta ada kampung Sosrowijayan, dan di Bali ada namanya Gang Poppies Lane, yang cukup kondang sebagai kampung bule. Masing-masing pasti punya kekhasan tersendiri yang menarik untuk dinikmati atau disinggahi. Seperti apa kehidupan ala western gang Popies di Bali?
Poppies Lane adalah sebuah lorong atau gang kecil di sebuah jalan yang sangat terkenal seantero dunia. Poppies Lane sendiri terbagi menjadi dua jalan, yaitu Popies Lane I dan Popies Lane II. Kedua akses jalan yang sebenarnya merupakan gang itu berhubungan langsung ke pantai Kuta dan pantai Legian.
Dengan posisi seperti itu, wajar jika para wisatawan asing lebih suka berdiam diri di kampung tersebut ketimbang di kawasan lain. Disamping, tentunya harga segala keperluan akomodasi dari penginapan, pakaian, makan hingga hiburan, cukup murah untuk ukuran bule.
Tidak itu saja, gang Poppies seakan telah menjadi ikon bagi para pelancong atau
pendatang. Jika datang ke Bali mereka merasa belum lengkap sebelum menjejakkan
kakinya di lorong-lorong sempit disana.
Gang poppies berada persis di tengah-tengah pantai Kuta dan Legian. Disitu ada
papan nama Popies II. Sedangkan gang Popies I letaknya berjarak tak terlalu
jauh dari Hard Rock Hotel. Jika ditelusuri, kedua gang itu tembus ke segala
lokasi wisata, seperti monument Bom Bali di jalan Legian dan kawasan Seminyak.
Gang-gang yang ada disana terbilang juga cukup sempit. Bahkan untuk pejalan
kaki saja harus antre satu per satu.
Sebagai kampung bule, tentu saja, pemandangannya sangat berbeda dengan kampung pada umumnya. Disana, hampir tidak ditemui tempat tinggal. Yang ada hanya hotel, penginapan, restoran, butik dan para penjual souvenir atau studio seniman perajah tubuh. Setiap Bangunannya tak ada yang terlihat berukuran besar dan megah. Justru, rata-rata kecil namun didesain secara unik.
Itu yang menjadi daya pikat wisatawan, sesuatu dengan sentuhan seni tersendiri dan tak terikat oleh segala aturan. Karena itu, menjadi sangat lumrah ketika berada di gang poppies pemandangan yang jamak ditemui adalah bule yang tengah berjalan-jalan setengah telanjang sambil membawa papan selancar, atau wisman yang lagi bersantai di meja bar dengan ditemani botol-botol bir.
Keberadaan gang Popies tak bisa dilepaskan dari Kuta yang saat ini jadi ikon wisata di Bali. Di tahun 70-an ketika pertama kali wisatawan asing mengunjungi kampung ini, warga Kuta membuat penginapan sederhana dengan menyewakan sebagian kamar rumah mereka dan juga membuat warung bambu untuk kebutuhan makanan bagi turis.
Nama poppies sendiri awalnya berasal dari nama sebuah restoran yang hingga
sekarang masih ada di jalan pantai Kuta. Pada awal tahun 1973, ada dua wisatawan
asal California, Amerika Serikat, bernama George dan Bob, berkunjung ke Bali.
Merasa tertarik dengan keindahan alam pantai Kuta, ia kemudian berniat
membangun pemondokan yang terdiri dari restoran serta penginapan. Kebetulan,
disitu ada sebuah warung kecil yang namanya warung Jenik yang dikelola Jenik
Sukeni yang tak lain adalah pemiliknya.
Sedangkan Bob dan George sendiri awalnya juga punya restoran yang namanya
Poppies di kota La Jolla, California, Amerika Serikat. Karena restoran tersebut
sudah tidak beroperasi lagi, begitu melihat warung Jenik, dua bule itu berniat
menggandeng Jenik Sukeni untuk mengembangkan restoran baru yang berada di
kawasan pantai Kuta.
Satu-satu restoran moderen itu menjadi cukup terkenal sampai akhirnya, kawasan itu pun ikut berubah nama menjadi kawasan Poppies Lane atau jalur popies. Poppies sendiri sebenarnya merupakan bunga liar dengan bunga berwarna jingga yang tumbuh liar di negara bagian California. (Way)
Komentar